sakura rain

Senin, 01 Desember 2014

PERKEMBANGAN KOGNITIF DAN BAHASA AUD




MAKALAH

NEUROSCIENCE
Tentang
PERKEMBANGAN KOGNITIF DAN BAHASA AUD

Dosen Pembina Mata Kuliah:
Nurhafizah, M.Pd
 


BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Keterampilan mengajar bukanlah sesuatu yang bersifat turunan, melainkan hasil dari pengalaman. Walaupun demikian, kita dapat menggunakan informasi-informasi dari orang lain yang telah mengembangkan belajar dari pengalaman mereka sendiri. Hal ini menambah informasi yang banyak sekali bagi kita untuk dapat mengembangkan keefektifan guru dan sekolah.
Satu hal yang penting bagi guru dalam hubungannya dengan anak adalah mengetahui hakikat perkembangan anak sehingga mereka akan mengerti bagaimana anak dan remaja tumbuh dan berkembang dalam hal kognitif, sosial dan moral. Guru TK harus tahu seperti apa siswa siswi mereka baik di dalam kelas maupun diluar kelas, demikian juga dengan guru SD,SMP,SMA sampai Perguruan Tinggi.
Berdasarkan hal tersebutlah, maka penulis memberikan penjelasan dari beberapa literatur yang telah dibaca tentang bagaimana prinsip umum perkembangan manusia, bagaimana cara kerja otak dan pengaruhnya terhadap perkembangan kognitif serta perkembangan bahasa. Disamping itu,penulis juga memberikan penjelasan tentang pengertian Teori Perkembangan Kognitif Piaget.
B.       Rumusan Masalah
·           Bagaimanakah Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini?
·           Bagaimanakah Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini?
C.      Batasan Masalah
·           Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini
·           Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini





BAB II
PEMBAHASAN
MELATIH OTAK ANAK USIA DINI
A.      KOGNITIF
1.      Definisi Kognitif
Istilah cognitive berasal dari kata cognition yang padanannya knowing, berarti mengetahui. Dalam arti yang luas, cognition (kognisi) ialah perolehan, penataan dan penggunaan pengetahuan (Neiser dalam Yudrik, 2011). Dalam perkembangan selanjutnya, istilah kognitif menjadi populer sebagai salah satu domain atau wilayah/ranah psikologi manusia yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan pemahaman pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesenjangan, dan keyakinan. ranah kejiwaan yang berpusat di otak ini juga berhubungan dengan konasi (kehendak) dan afeksi (perasaan) yang bertalian dengan ranah rasa. (Chaplin dalam Yudrik, 2011).
2.      Teori Kognitif Jean Piaget
Seorang pakar terkemuka dalam disiplin psikologi kognitif dari anak, Jean Piaget menklasifikasikan perkembangan kognitif anak menjadi empat tahapan:
1.      Tahap Sensory-motor, yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia 0-2 tahun.
2.      Tahap pre-operational, yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia 2-7 tahun.
3.      Tahap concrete-operational yang terjadi pada usia 7-11 tahun.
4.      Tahap formal-operational, yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia 11-15 tahun. (Daehler & Bukatko dalam Yudrik, 2011).
Istilah-istilah khusus dan arti-artinya yang berhubungan dengan proses perkembangan kognitif anak versi Piaget tersebut:
1.      Sensory-motor schema (skema sensori-motor) ialah sebuah atau serangkaian perilaku yang terbuka yang tersusun secara sistematis untuk merespon lingkungan (barang, orang, keadaan, kejadian).
2.      Cognitive schema (skema kognitif) ialah perilaku tertutup berupa tatanan langkah-langkah kognitif (operations) yang berfungsi memahami apa yang tersirat atau menyimpulkan lingkungan yang direspons.
3.      Object permanance (ketetapan benda) yakni anggapan bahwa sebuah benda akan tetap ada walaupun telah ditinggalkan atau tidak dilihat lagi.
4.      Assimilation (asimilasi) yakni proses aktif dalam menggunakan skema untuk merespons lingkungan.
5.      Accomodation (akomodasi), yakni penyesuainan aplikasi skema yang cocok dengan lingkungan yang direspons.
6.      Equilibrium (ekuilibrium), yakni keseimbangan antara skema yang digunakan dan lingkungan yang direspons sebagai hasil ketepatan akomodasi.
3.      Bermain untuk Mengembangkan Kognitif Anak
·         Bermain membantu anak membangun konsep dan pengetahuan
Anak-anak tidak membangun konsep atau pengetahuan dalam kondisi yang terisolasi, melainkan malalui interaksi dengan orang lain (Bredekamp dalam Tadkiroatun, 2008). Pengetahuan tentang sekolah,  misalnya, dibangun anak lewat informasi yang didengarnya dari orang lain (termasuk teman sebaya), mengamati bangunan sekolah, aturan, atau apapun tentang sekolah dari berbagai sumber. Begitu anak menyimpan kenangan tentang sekolah, maka hal itu akan diolahnya sehingga membentuk konsep yang semakin lama semakin sempurna.
·         Bermain membantu anak mengembangkan kemampuan berfikir abstrak
Proses ini terjadi ketika anak bermain peran dan bermain pura-pura. Vygotsky menjelaskan bahwa anak sebenarnya belum mampu berfikir abstrak. Makna dan objek masih berbaur menjadi satu. Ketika anak bermain telepon-teleponan, anak belajar bagaimana memahami perspektif orang lain, dan memecahkan masalah, fokus perkembangan intelektual dapat dilihat melalui bahasa dan literasi, serta berfikir logika dan matematis (Hoorn dalam Tadkiroatun, 2008).
·         Bermain mendorong anak untuk berfikir kreatif
Bermain mendukung tumbuhnya pikiran kreatif, karena di dalam bermain anak memilih sendiri kegiatan yang mereka sukai, belajar membuat indentifikasi tentang banyak hal, belajar menikmati proses sebuah kegiatan, belajar mengontrol diri mereka sendiri, dan belajar mengenali makna sosialisasi dan keberadaan diri di antara teman sebaya. Di dalam bermain, anak terdorong untuk melihat, mempertanyakan sesuatu, menemukan atau membuat jawaban, dan kemudian menguji jawaban dan pertanyaan yang mereka buat sendiri. Ketika tidak dihalangi untuk melakukan hal-hal ini, mereka terus melakukannya dan terus berusaha untuk mencapai yang lebih baik lagi. Kreatifitas akan terpupuk saat demi saat, tahap demi tahap.
4.      Cara Meningkatkan Kognitif Anak Usia Dini
Banyak faktor yang mempengaruhi tingkat kecerdasan otak anak , diantaranya adalah faktor gizi. Namun masih banyak hal-hal lain yang ternyata dapat meningkatkan kecerdasan otak anak. Berikut adalah 10 hal yang dapat meningkatkan kecerdasan otak anak sehingga dapat membuat mereka lebih pintar, diantaranya adalah (http://artikelkesehatan99.com/10-cara-untuk-membuat-anak-anda-lebih-pintar/#)  :
·         Bermain Permainan Asah Otak
Hal ini telah terbukti untuk meningkatkan kemampuan otak kanan anak. Catur, teka-teki silang, ataupun permainan tebak-tebakan dapat melatih otak anak. Permainan seperti Sudoku bisa menjadi permainan yang menyenangkan sekaligus melatih pemikiran strategis, pemecahan masalah, dan pengambilan keputusan yang kompleks. Jaga terus permainan asah otak ini di sekitar rumah dan ajak anak untuk membantu anda dalam memecahkan masalah yang rumit.
·         Belajar Musik
Mendengarkan anak bermain musik mungkin tidak selalu menyenangkan, namun pelajaran musik dapat menjadi cara yang menyenangkan untuk mengasah otak kanan. Berdasarkan sebuah penelitian oleh para peneliti dari Universitas Toronto, pelajaran musik tampaknya bermanfaat bagi perkembangan IQ dan akademik anak. Penelitian tersebut menemukan bahwa belajar musik di masa kecil akan berpengaruh pada hasil (nilai) yang lebih bagus saat di SMU, dan IQ yang tinggi ketika dewasa.
·         ASI
ASI adalah makanan yang bagus untuk otak bayi. Penelitian secara konsisten telah menunjukkan bahwa menyusui memiliki banyak manfaat untuk pertumbuhan bayi. ASI dapat mencegah infeksi berbahaya dan merupakan sumber makanan penting. Peneliti Denmark telah menemukan bahwa menyusui dapat membuat bayi menjadi sehat dan cerdas. Studi ini mengatakan bahwa bayi yang diberi ASI selama sembilan bulan, tumbuh secara signifikan dan lebih cerdas daripada mereka yang menyusui hanya selama satu bulan atau kurang.

·         Olahraga
Studi yang dilakukan oleh peneliti Universitas Illinois menunjukkan hubungan yang kuat antara kebugaran dan prestasi akademik di antara anak-anak sekolah dasar. Berolahraga dapat mendorong anak lebih percaya diri, mampu bekerja secara tim, dan berjiwa kepemimpinan.
·         Bermain Video Game
Banyak juga permainan video game yang bersifat edukatif dan mampu meningkatkan perkembangan otak anak lebih cepat. Sebuah studi terbaru yang dilakukan di University of Rochester menemukan bahwa peserta yang bermain video game belajar isyarat visual jauh lebih cepat daripada rekan-rekan mereka. Namun demikian, sebagai orang tua harus benar-benar menyeleksi dengan ketat permainan apa yang layak bagi anak anda.
·         Gizi yang Terpenuhi
Singkirkan makanan-makanan tidak sehat seperti ‘junk food’ dari hadapan anak dan ganti dengan makanan yang tinggi akan gizi. Anak yang gizinya terpenuhi dapat berpengaruh baik bagi mental dan perkembangan motorik, terutama anak usia dini khususnya dalam 2 tahun pertama kehidupannya. Sebagai contoh, anak-anak membutuhkan zat besi untuk perkembangan otak yang lebih baik, jadi jika kekurangan zat besi maka impuls saraf akan bergerak lebih lambat. Oleh sebab itu jaga kebutuhan gizi anak dengan makanan-makanan yang sehat agar meningkatkan perkembangan otak anak menjadi lebih baik.
·         Menggali dan Menjaga Rasa Keingintahuan
Para ahli mengatakan bahwa orang tua yang mendorong dan menjaga anak-anak mereka untuk menggali hal-hal baru, mengajarkan mereka akan pelajaran yang berharga: bahwa mencari pengetahuan adalah sangat penting. Dukunglah hobi anak-anak anda selama itu positif, jangan bosan-bosan menjawab pertanyaan-pertanyaan anak yang mungkin remeh bagi anda, dan ajarkan keahlian-keahlian baru pada mereka. Hal tersebut dapat membantu perkembangan otak anak anda ke arah yang lebih intelektual.
·         Membaca
Membaca sangat baik untuk perkembangan otak anak. Membaca adalah cara untuk meningkatkan pembelajaran dan perkembangan kognitif pada anak-anak dari segala usia. Ajari anak-anak anda untuk membaca sedini mungkin dan dorong mereka agar senantiasa gemar membaca.
·         Menguatkan Kepercayaan Diri
Pada usia remaja, anak-anak dapat menjadi mangsa berpikir negatif yang dapat membatasi potensi mereka. Psikolog anak mendorong orang tua untuk menguatkan anak-anak mereka secara positif dengan dorongan dan keyakinan yang optimis. Partisipasi dalam olahraga tim dan kegiatan sosial lainnya juga membantu membangun kepercayaan diri anak.
·         Sarapan
Sarapan dapat meningkatkan memori, konsentrasi dan belajar. Anak-anak yang tidak makan sarapan cenderung lebih mudah lelah, menjadi lebih mudah marah, dan bereaksi lebih cepat daripada mereka yang memulai hari dengan sarapan. Jadi jangan biarkan anak anda untuk tidak sarapan, karena sarapan dapat membantu anak-anak Anda tetap fokus dan aktif selama jam sekolah.
5.      Macam-macam Metode yang dapat Digunakan untuk Pengembangan Kognitif Anak
a.      Bermain
Bermain merupakan bermacam bentuk kegiatan yang memberikan kepuasan pada diri anak yang bersifat nonserius, lentur dan bahan mainan terkandung dalam kegiatan dan yang secara imajinatif ditransformasi sepadan dengan dunia orang dewasa. Bermain mempunyai makna penting bagi pertumbuhan anak. Frank dan Theresa Caplan mengemukakan ada enam belas nilai bermain bagi anak.
·         Bermain membantu pertumbuhan anak.
·         Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan secara sukarela.
·         Bermain memberi  kebebasan anak untuk bertindak.
·         Bermain member kan dunia khayal yang dapat dikuasai.
·         Bermain mempunyai unsur berpetualang di dalamnya.
·         Bermain meletakkan dasar pengembangan bahasa.
·         Bermain mempunyai pengaruh yang unik dalam pembentukan hubungan antarpribadi.
·         Bermain memberi kesempatan untuk menguasai diri secara fisik.
·         Bermain memperluas minat dan pemusatan perhatian.
·         Bermain merupakan cara anak untuk menyelidiki sesuatu.
·         Bermain merupakan cara anak untuk mempelajari peran orang dewasa.
·         Bermain merupakan cara dinamis untuk belajar.
·         Bermain menjernihkan pertimbangan anak.
·         Bermain dapat distruktur secara akademis.
·         Bermain merupakan kekuatan hidup.
·         Bermain merupakan sesuatu yang esensial bagi kelestarian hidup manusia.
b.      Pemberian tugas
Metode pemberian tugas adalah metode yang memberikan kesempatan kepada anak melakasanakan tugas berdasarkan petunjuk langsung dari guru., apa yang harus dikerjakan, sehingga anak dapat memahami tugasnya secara nyata agar dapat dilaksanakan secara tuntas. Metode pemberian tugas dapat diberikan secara kelompok atau perorangan.
c.       Demonstrasi
Adalah cara memperagakan atau mempertunjukkan sesuatu atau proses dari suatu kejadian atau peristiwa. Metode demonstrasi dapat digunakan untuk member ilustrasi dalam menjelaskan informasi kepada anak dan dapat membantu meningkatkan daya piker anak terutama daya piker dalam peningkatan kemampuan mengenal, mengingat, berpikir konvergen dan berpikir evaluatif.
d.      Tanya Jawab
Metode Tanya jawab adalah metode dengan cara Tanya jawab, guru member pertanyaan terbuka, sehingga anak dapat menjawab beberapa kemungkinan, berdasarkan pengalaman anak, guru harus berusaha agar anak aktif member jawaban atau keterangan, buka guru yang aktif member keterangan. Selain itu metode ini mengandung manfaat belajar yaitu mewujudkan kemampuan berbahasa secara reseptif dan ekspresif.
e.       Mengucapkan Syair
Metode mengucapkan syair adalah suatu cara menyampaikan sesuatu melalui syair yang menarik, yang dibuat guru untuk sesuatu agar dapat dipahami anak.
f.       Percobaan/eksperimen
Adalah suatu cara anak melakukan berbagai percobaan yang dapat dilakukan anak sesuai dengan usianya, guru sebagai fasilitator, alat untuk berbagai percobaan sudah dipersiapkan guru. Melalui metode ini anak dapat menemukan sesuatu berdasarkan pengalamannya.
g.      Bercerita
Adalah cara menyampaikan sesuatu dengan bertutur atau memberikan penerangan/penjelasan secara lisan melalui cerita. Guru bukan member ceramah pada anak. Cerita itu harus menarik, dengan tujuan yang ingin dicapai, dengan gerak-gerak yang wajar dan intonasi yang bervariasi. Anak diberi kesempatan untuk bertanya memberikan tanggapan atau kesimpulan.
h.      Karyawisata
Yaitu kunjungan secara langsung ke objek-objek di sekitar anak sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Guru menjelaskan sesuatu dengan benda/objeknya, anak diberi kesempatan seluas-luasnya untuk memeprhatikan, meneliti objek, diharapkan  melalui metode ini anak menemukan pengalaman baru berdasarkan pengamatan langsung.
i.        Dramatisasi
Metode demokrasi adalah cara memahami sesuatu melalui peran-peran yang dilakukan oleh tokoh atau benda-benda di sekitar anak, sehingga anak dapat memahami sesuatu sambil berimajinasi. Anak memerankan tokoh sesuai dengan pilihannya berdasarkan minat. Sebagai contoh akan diilustrasikan pada penerapannya di dalam kelas.
B.       BAHASA
1.      Definisi Bahasa
Bahasa adalah bentuk komunikasi –entah itu lisan, tertulis atau isyarat- yang berdasarkan pada suatu sistem dari simbol-simbol. Bahasa terdiri dari kata-kata yang digunakan oleh masyarakat beserta aturan-aturan untuk menyusun berbagai variasi dan mengkombinasikannya.
Semua bahasa manusia memiliki beberapa karakteristik umum. Hal ini termasuk generativitas tak terbatas dan aturan-aturan organisasi. Generativitas tak terbatas adalah kemampuan menghasilkan sejumlah kalimat bermakna tanpa batas dengan menggunakan aturan-aturan dan kata-kata yang terbatas. Ketika kita berkata “aturan”, yang kita maksudkan adalah bahwa bahasa sifatnya tertata dan bahwa aturan-aturan mendeskripsikan cara-cara bahasa tersebut mampu memiliki makna (Berko Gleason, dalam Santrock, 2007).
2.      Bagaimana Bahasa Berkembang??
·         Mengenali Bunyi Bahasa
Penelitian Kuhl (dalam Santrock, 2007) telah mendemonstrasikan bahwa sejak lahir hingga usia 6 bulan, bayi adalah “warga dunia”: mereka hampir selalu dapat mengenali apabila terjadi perubahan bunyi, tidak peduli dari bahasa apa suku-kata yang diperdengarkan itu. Namun selama enam bula berikutnya, bayi semakin menangkap perubahan bunyi dari bahasanya “sendiri” (yakni bahasa yang diucapkan oleh orang tuanya) dan secara bertahap kehilangan kemampuan untuk mengenali perbedaan-perbedaan bunyi yang tidak penting dalam bahasa mereka sendiri itu.
Bayi harus mencermati setiap kata, satu persatu, dari rentetan bunyi dalam percakapan sehari-hari (Juscyk dalam Santrock, 2007). Mereka harus menemukan batasan si antara kata-kata, sebuah tugas yang sulit bagi bayi karena orang dewasa tidak benar-benar berhenti di antara kata-kata yang diucapkannya. Meski demikian, bayi sudah mulai mendeteksi batasan kata di usia 8 bulan. Sebagai contoh dalam sebuah studi, bayi-bayi berusia 8 bulan mendengarkan rekaman kisah yang mengandung kata-kata yang tidak umum, seperti hornhill dan python (Jusczyk & Hohne dalam Santrock, 2007). Dua minggu kemudian, para peneliti menguji bayi-bayi tersebut dengan dua daftar kata-kata; daftar pertama tersusun atas kata-kata dalam kisah tadi, sementara daftar kedua tersusun atas kata-kata baru yang tidak umum dan tidak muncul dalam kisah tadi. Bayi mendengarkan kata-kata yang familiar baginya selama dua kali lebih lama, secara rata-rata, dibanding kata-kata baru.
·         Celotehan dan Vokalisasi Lain
Jauh sebelum bayi mampu menyuarakan kata-kata baku, mereka sudah mampu membuat berbagai vokalisasi (Sachs dalam Santrock, 2007). Komunikasi awal ini berfungsi sebagai latihan suara, komunikasi, dan untuk menarik perhatian orang lain (Lock dalam Santrock, 2007). Selama satu tahun pertama kehidupan bayi, mereka mampu membuat bunyi melalui urutan berikut ini:
o   Menangis. Bayi sudah dapat menangis di saat kelahirannya. Tangisan dapat mengindikasikan kondisi gelisah.
o   Mendekut. Bayi mendekut (cooing) pertama kali di usia 2 hingga 4 bulan (Menn & Stoel-Gannon dalam Santrock, 2007). Bunyi berdeguk ini bersumber dari bagian belakang tenggorokan dan biasanya mengekspresikan rasa senang ketika berinteraksi dengan pengasuh.
o   Celoteh. Di pertengahan tahun pertama tahun kehidupannya, bayi berceloteh (babbling)—yaitu, mereka menghasilkan rangkaian kombinasi konsonan-vokal, seperti “ba, ba, ba, ba.”
·         Bahasa Tubuh
Bayi mulai menggunakan bahasa tubuh, seperti memperlihatkan atau menunjukkan ke arah sesuatu, di sekitar 8 hingga 12 bulan. Mereka dapat melambaikan tangan tanda pamit, menganggukkan kepala untuk emngisyaratkan “ya”, memperlihatkan gelas yang sudah kosong untuk emminta tambahan susu, dan menunjuk seekor anjing agar orang lain memperhatikan anjing tersebut.
·         Kata-Kata Pertama
Anak-anak telah memahami kata-kata pertama mereka sebelum mampu mengucapkannya (Pan & Uccelli dalam Santrock, 2007). Sejak usia 5 bulan, bayi sudah mengenali namanya sendiri ketika ada yang menyebutkannya. Pada umumnya, bayi memahami sekitar 50 kata di usia 13 bulan, namun mereka tidak dapat mengucapkan kebanyakan kata-kata itu sampai sekitar usia 18 bulan (Menyuk dalam Santrock, 2007). Dengan demikian, kosa kata reseptif atau receptive vocabulary (kata-kata yang dipahami oleh anak) muncul terlebih dahulu sebelum kosa kata duicapkan atau spoken vocabulary (kata-kata yang dugunakan oleh anak).
·         Ungkapan Dua-kata
Ketika berusia 18 hingga 24 bulan, anak-anak biasanya mengucapkan ungkapan yang terdiri dari dua kata. Dalam upaya mengungkapkan makna dari ungkapan yang hanya terdiri dari dua kata ini, anak-anak banyak mengandalkan bahasa tubuh, nada dan konteks. Kekayaan makna yang dapat dikomunikasikan anak-anak melalui ungkapan dua kata ini adalah (Slobin dalam Santrock, 2007):
o   Identifikasi: “Lihat anjing.”
o   Lokasi: “Buku itu.”
o   Pengulangan: “Susu lagi.”
o   Kepemilikan: “Permen saya.”
o   Sifat: “Mobil besar.”
3.      Pengaruh Faktor Biologis dan Lingkungan
·         Pengaruh Faktor Biologis
Sejumlah sarana bahasa berpendapat bahwa adanya persamaan yang nyata, dalam hal bagaimana anak-anak di seluruh dunia memperoleh kemahiran berbahasa, merupakan bukti yang kuat bahwa bahasa memiliki basis biologis. Terdapat bukti yang memperlihatkan bahwa daerah tertentu di otak cenderung dugunakan untuk bahasa (Bortfeld dalam Santrock, 2007). Dua daerah yang terlibat dalam bahasa ini pertama kali ditemukan dalam studi terhadap individu yang mengalami kerusakan otak. Dua daerah di otak itu adalah daerah Broca, suatu daerah di lobus frontal kiri yang terlibat dalam pemrosesan kata-kata, dan daerah Wernicke, suatu daerah di hemisfer kiri otak yang terlibat dalam pemahaman bahasa. Kerusakan di salah satu daerah ini mengakibatkan aphasia, yakni kehilangan atau kerusakan dalam kemampuan berbahasa. Individu yang mengalami kerusakan di daerah Broca akan mengalami kesulitan untuk menghasilkan kata-kata secara tepat; individu yang mengalami kerusakan di daerah Wernicke akan memiliki pemahaman yang buruk dan sering kali menghasilkan pembicaraan yang lancar namun tidak dapat dipahami.
·         Pengaruh Lingkungan
Pandangan teori-teori perilaku tidak lagi dianggap sebagai suatu penjelasan yang berlaku mengenai bagaimana anak-anak memperoleh bahasa. Kebanyakan penelitian mendeskripsikan mengenai bagaimana pengalaman lingkungan anak-anak mempengaruhi keterampilan bahasa mereka (Berko Gleason & Ratner dalam Santrock, 2007). Banya ahli bahasa menyatakan bahwa pengalaman seorang anak, khususnya bahasa yang dipelajari dan konteks terjadinya proses belajar itu dapat memberikan pengaruh yang kuat terhadap pemerolehan bahasa (Snow dalam Santrock, 2007).
Bahasa itu tidak dipelajari dalam kondisi hampa sosial. Sebagian besar anak menerima sangat banyak masukan bahasa sejak usia dini (Sachs dalam Santrock, 2007). Dukungan dan keterlibatan yang diberikan oleh para pengasuh dan guru sangat mempermudah anak ketika mempelajari bahasa (Snow & Yang danal Santock, 2007). Sebagai contoh, sebuah studi baru-baru ini menemukan bahwa ketika ibu segera tersenyum dan menyentuh bayinya yang berusia 8 bulan begitu bayinya itu berceloteh maka bayinya akan melakkan precakapan yang lebih kompleks, alih-alih apabila ibu berespons secera acak (Goldstein dalam Santrock, 2007).
4.      Kemampuan yang Diharapkan dalam Berbahasa pada AUD
Dalam berbahasa, seorang anak diharapkan dapat memenuhi kemampuan yang berhubungan dengan (Yudrik, 2011):
·         Pemahaman kemampuan memahami makna ucapan orang lain.
·         Pengembangan perbendaharaan kata: berkembangnya kemampuan anak utnuk berkomunikasi dengan orang lain diharapkan dapat menambah perbendaharaan katanya.
·         Penyusunan kata-kata menjadi kalimat: semakin banyak perbendaharaan kata yang dimiliki anak, diharapkan ia mampu menyusun kata-kata tersebut dalam kalimat-kalimat yang sederhana.
·         Ucapan: dengan bertambahnya usia dan melalui proses belajar menirukan dan mencontoh orang lain di sekitarnya, anak akan mampu mengucapkan dengan benar dan jelas lafal kata-kata tertentu yang pada mulanya dirasakan sulit seperti huruf R, Z, W, C.
Menurut Gardner (dalam Tadkiroatun, 2008), kecerdasan bahasa / linguistik “meledak” pada awal masa kanak-kanak dan tetap bertahan hingga usia lanjut. Kaitannya dengan sistem neurologis, kecerdasan ini terletak pada otak bagian kiri dan lobus bagian depan. Kecerdasan linguistik dilambangkan dengan kata-kata, baik lambang primer (kata-kata lisan) maupun sekunder (tulisan).
Stimulasi terhadap kecerdasan linguistik sangat penting, karena kecerdasan ini sangat diperlukan dalam hampir semua bidang kehidupan. Tidak ada satu profesi pun yang dapat dilepaskan dari pemanfaatan dan peran bahasa dalam berbagai variasi bentuknya.
5.      Faktor-Faktor Perkembangan Bahasa AUD
(Yudrik, 2011)
·         Faktor Kesehatan. Untuk memelihara perkembangan bahasa anak secara normal, orang tua perlu memperhatikan kondisi kesehatan anak. Upaya yang dapat ditempuh ialah dengan cara memberikan ASI, makanan yang bergizi, memelihara kebersihan tubuh anak, secara reguler memeriksakan akan ke dokter atau puskesmas.
·         Inteligensi perkembangan bahasa anak dapat dilihat dari tingkat inteligensinya. Anak yang perkembangan bahasanya cepat, pada umumnya mempunyai inteligensi normal atau di atas normal.
·         Status Sosial Ekonomi Keluarga. Anak yang berasal dari keluarga miskin mengalami kelambatan dalam perkembangan bahasa dibandingkan dengan anak yang berasal dari keluarga yang lebih baik. Kondisi ini disebabkan oleh perbedaan kecerdasan atau kesempatan belajar (keluarga miskin diduga kurang memperhatikan perkembangan bahasa anaknya), atau kedua-duanya. (Hetzer dalam Yudrik, 2011)
·         Jenis kelamin (sex). Pada tahun pertama usia anak, tidak ada perbedaan vokalisasi antara pria dan wanita. Namun usia dua tahun, anak perempuan menunjukkan perkembangan yang lebih cepat dari anak laki-laki.
·         Hubungan keluarga. Hubungan ini dimaknai sebagai proses pengalaman berinteraksi dan berkomunikasi dengan lingkungan keluarga, terutama dengan orang tua yang mengajar, melatih dan memberikan contoh berbahasa kepada anak.
6.      Bermain untuk Pengembangan Bahasa/Komunikasi pada AUD
·         Bermain membantu anak meningkatkan kemampuan berkomunikasi.
Bermain menyediakan ruang dan waktu bagi anak untuk berinteraksi dengan orang lain, mereka saling berbicara, mengeluarkan pendapat, bernegosiasi, dan menemukan jalan tengah bagi setiap persoalan yang muncul. Terlebih-lebih kegiatan bermain peran. Kegiatan bermain peran memiliki manfaat yang sangat besar terutama untuk menunjang perkembangan bahasa dan berbahasa anak. Bahkan, bermain peran memiliki andil yang besar bagi perkembangan kognitif, emosi, dan sosial anak (Bredekamp & Copple dalam Tadkiroatun, 2008)
·         Bermain menyediakan konteks yang aman dan memotivasi anak belajar bahasa kedua.
Bermain juga menyediakan konteks yang aman dan memotivasi anak untuk belajar bahasa kedua (Heat dalam Tadkiroatun, 2008), karena pada saat bermain, anak-anak mempraktikan serpihan-serpihan bahasa lain seperti: “halo, apa kabarmu?”. Oleh karena serpihan-serpihan bahasa memberikan dampak kebanggaan, anak-anak semakin terpacu untuk menambah kosakata bahasa kedua tersebut. Hal ini sangat membantu perkembangan bahasa anak, karena masa-masa awal perkembangan anak merupakan waktu yang tepat untuk memperoleh bahasa kedua. Anak-anak yang memperoleh bahasa kedua pada masa kritis cenderung dapat berbcara sebagaimana penutur asli bahasa tersebut.
7.      Implementasi Pengembangan Bahasa pada Anak
Adapun beberapa teori yang dapat dijadikan rujukan dalam implementasi pembelajaran bahasa adalah:
a.      Teori behaviorist oleh Skinner, mendefinisikan bahwa pembelajaran dipengaruhi oleh perilaku yang dibentuk oleh lingkungan eksternalnya, artinya pengetahuan merupakan hasil dari interaksi dengan lingkungannya melalui pengkondisian stimulus yang menimbulkan respon.
b.      Teori Nativist oleh Chomsky, mengutarakan bahwa bahasa sudah ada di dalam diri anak. Pada saat seorang anak lahir, dia telah memiliki seperangkan kemampuan berbahasa yang disebut ‘Tata Bahasa Umum” atau ‘Universal Grammar’. Meskipun pengetahuan yang ada di dalam diri anak tidak mendapatkan banyak rangsangan, anak akan tetap dapat mempelajarinya. Anak tidak sekedar meniru bahasa yang dia dengarkan, tapi ia juga mampu menarik kesimpulan dari pola yang ada, hal ini karena anak memiliki sistem bahasa yang disebut Perangkat Penguasaan Bahasa (Language Acquisition Devise/LAD).
c.       Teori Constructive oleh Piaget, Vigotsky dan Gardner, menyatakan bahwa perkembangan kognisi dan bahasa dibentuk dari interaksi dengan orang lain sehingga pengetahuan, nilai dan sikap anak akan berkembang.
8.      Aspek-aspek Perkembangan Bahasa Anak Usia Taman Kanak-kanak
Anak usia taman kanak-kanak berada dalam fase perkembangan bahasa secara ekspresif. Hal ini berarti bahwa anak telah dapat mengungkapkan keinginananya, penolakannya, maupun pendapatnya dengan menggunakan bahasa lisan. Bahasa lisan sudah dapat di gunakan anak sebagai alat berkomunikasi. Aspek-aspek yang berkaitan dengan perkembangan bahasa anak tersebut adalah sebagai berikut:
a.       Kosa kata
Seiring dengan perkembangan anak dan pengalamannya berinteraksi dengan lingkungannya, kosa kata anak berkembang dengan pesat.
b.      Sintaksis (tata bahasa)
Walaupun anak belum mempelajari tata bahasa, akan tetapi melalui contoh-contoh berbahasa yang di dengar dan di lihat anak di lingkungannya, anak telah dapat menggunakan bahasa lisan dengan susunana kalimat yang baik. Misalnya: “Rita memberi makan kucing” bukan  “kucing Rita makan memberi”.
c.       Semantik
Semantik maksudnya penggunaan kata sesuai dengan tujuannya. Anak di taman kanak-kanak sudah dapat mengekspresikan keinginan, penolakan dan pendapatnya dengan menggunakan kata-kata dan kalimat yang tepat. Misalnya: “tidak mau” untuk menyatakan penolakan.
d.      Fonem (satuan bunyi terkecil yang membedakan kata)
Anak di taman kanak-kanak sudah memilki kemampuan untuk merangkaikan bunyi yang di dengarnya menjadi satu kata yang mengabdung arti. Misalnya: i.b.u menjadi ibu.
9.      Stimulasi yang Diberikan Untuk Mengembangkan Perkembangan Bahasa Pada AUD
(Santrock, 2007)
Bayi
·         Jadilah rekan bercakap-cakap yang aktif. Ajaklah bayi bercakap-cakap. Apabila bayi menjadi program penitipan anak sehari penuh, pastikan bahwa bayi tersebut menerima perangsangan bahasa yang memadai dari orang dewasa.
·         Berbicaralah seakan-akan bayi tersebut memahami apa yang kita katakan. Orang tua dapat melakukan self-fulfilling prophecies dengan memperlakukan anak-anak kecil seakan-akan mereka memahami apa yang dikatakan kepada mereka. Proses ini membutuhkan waktu empat hingga lima tahun, namun secara bertahap anak-anak akan mencocokkan diri dengan model bahasa yang mereka terus dapatkan.
·         Menggunakan gaya bahasa yang nyaman. Jangan khawatir mengenai bagaimana kedengarannya bagi orang lain ketika sedang bercakap-cakap dengan anak. Yang penting adalah efek, bukan pesannya. Gunakan tipe percakapan bayi apa saja yang menurut kita nyaman.
Balita
·         Teruslah bertindak sebagai rekan bercakap-cakap yang baik. Melibatkan balita dalam suatu percakapan, meskipun hanya bersifat satu arah, merupakan hal paling penting yang dapat dilakukan oleh orang tua untuk mengembangkan kemampuan berbahasa anak.
·         Ingatlah untuk mendengarkan. Karena ucapak balita sering kali lambat dan membutuhkan banyak usaha, orang tua sering kali tergoda untuk memberikan kata dan gagasan kepada mereka, cobalah untuk bersikap sabar dan biarkan balita mengekspresikan dirinya sendiri, tidak peduli betapa bertele-telenya proses itu atau betapa terburu-burunya anda saat itu.
·         Gunakan gaya bahasa yang menurut anda nyaman, namun mempertimbangkan kemampuan dan keluasan bahasa anak. Sebagai contoh, penggunaan kalimat panjang tidak selalu menimbulkan masalah. Gunakanlah ima. Ajukan pertanyaan yang dapat mengarahkan pada jawaban “ya” dan “tidak”. Secara aktif ulanglah, perluas dan rumuskan kembali ungkapan anak. Perkenalkan topik baru. Gunakan humor dalam percakapan anda.
·         Cobalah menyesuaikan dengan keunikan anak anda alih-alih mngabaikannya. Banyak balita yang mengalami kesulitan untuk mengungkapkan kata-katanya dan agar dimengerti oleh orang lain. Apabila mungkin, buatlah mereka merasa dimengerti.
·         Hindari stereotipe jenis kelamin. Jangan membiarkan jenis kelamin anak menentukan jumlah atau gaya percakapan. Banya ibu di Amerika yang secara bahasa lebih mendukung anak perempuannya dibandingkan anak laki-lakinya; sementara ayah kurang banyak bercakap-cakap dengan anak-anaknya dibandingkan ibu.
·         Hindari melakukan pembandingan normatif. Perhatikan kapan anak anda mencapai prestasi tertentu (seperti menyebutkan kata pertama, 50 kata pertama). Namun jangan membandingkan ini kepada anak lain. Perbandingan sosial semacam ini akan menimbulkan kecemasan yang tidak perlu.










BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Anak-anak mengembangkan bahasa selama mereka membangun berbagai kemampuan kognitif lain dengan secara aktif memahami apa yang mereka dengar, mencari pola-pola dan menyusun aturan-aturan. Dalam proses ini, bias-bias bawaan dan aturan-aturan dapat membatasi pencarian dan pemanduan pengenalan pola. Reward dan koreksi berperan dalam membantu anak-anak belajar mengoreksi penggunaan bahasa, tetapi proses berfikir anak sangat penting.
Teori perkembangan kognitif Piaget didasarkan pada asumsi bahwa orang berusaha memahami dunianya dan secara aktif menciptakan pengetahuan melalui pengalaman langsung dengan berbagai objek, orang dan ide. Kematangan, aktivitas, transmisi sosial dan kebutuhan akan keseimbangan semuanya mempengaruhi bagaimana pikiran berproses dan pengetahuan berkembang. Sebagai respon terhadap perubahan-perubahan dalam organisasi pikiran (perkembangan skema-skema) dan melalui adaptasi, termasuk proses-proses asimilasi(memasukkan kedalam skema-skema yang sudah ada) dan akomodasi (mengubah  skema-skema yang sudah ada).










DAFTAR PUSTAKA
Santrock,W.John. 2007. Life-Span Development, threeten edition. Edisi Bahasa Indonesia. Perkembangan Masa Hidup. Jakarta. Penerbit Erlangga

Musfiroh, Tadkiroatun. 2008. Cerdas Melalui Bermain. Yogyakarta. Grasindo

Jahja, Yudrik. 2011. Psikologi Perkembangan. Jakarta. Kencana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar