MAKALAH
ANTROPOBIOLOGI
Tentang
SUSUNAN
MAKANAN SEIMBANG DAN STIMULASI AWAL UNTUK BAYI
Dosen Pembina Mata
Kuliah:
Nurhafizah, M.Pd
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Gizi
yang baik berperan penting dalam mencapai pertumbuhan badan yang optimal. Dan
pertumbuhan badan yang optimal ini mencakup pula pertumbuhan otak yang sangat
menentukan kecerdasan seseorang. Faktor yang paling terlihat pada lingkungan
masyarakat adalah kurangnya pengetahuan ibu mengenai gizi-gizi yang harus
dipenuhi anak pada masa pertumbuhan. Ibu biasanya justru memberikan makanan
yang enak kepada anaknya tanpa tahu apakah makanan tersebut mengandung
gizi-gizi yang cukup atau tidak, dan tidak mengimbanginya dengan makanan sehat
yang mengandung banyak gizi.
Memiliki
anak dengan tumbuh kembang yang optimal adalah dambaan setiap orang tua. Untuk
mewujudkannya tentu saja orang tua harus selalu memperhatikan, mengawasi, dan
merawat anak secara seksama. Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah
masa balita. Karena pada masa ini pertumbuhan dasar akan mempengaruhi dan
menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pada masa balita ini perkembangan
kemampuan berbahasa, kreativitas,kesadaran sosial, emosional, dan intelegensia
berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya.
Perkembangan moral serta dasar-dasar kepribadian juga dibentuk pada masa ini.
Pada masa periode kritis ini, diperlukan rangsangan atau stimulasi yang berguna
agar potensinya berkembang. Perkembangan anak akan optimal bila interaksi
diusahakan sesuai dengan kebutuhan anak pada berbagai tahap perkembangannya,
bahkan sejak bayi masih dalam kandungan. Untuk bisa merawat dan membesarkan
anak secara maksimal tentu kita perlu mengetahui banyak hal yang berkaitan
dengan anak itu sendiri, yang pada gilirannya akan menjadi bekal yang sangat
berharga bagi kita dalam merawat dan membesarkan buah hati kita.
B.
Rumusan
Masalah
·
Bagaimanakah susunan
makanan seimbang??
·
Bagaimanakah
stimulasi awal untuk bayi??
C.
Batasan
Masalah
·
Susunan makanan
seimbang
BAB II
PEMBAHASAN
SUSUNAN
MAKANAN SEIMBANG
A.
Kebutuhan
Akan Gizi
Untuk
masa depan anak yang lebih baik, persiapkan dasar yang sehat dan kuat pada 3
tahun pertama kehidupan anak. Pada awal-awal kehidupannya, tidak ada yang lebih
baik dari ASI. Nutrisi merupakan zat penyusun bahan makanan yang diperlukan
tubuh dalam proses metabolisme. Tujuan pemberian nutrisi yang cukup adalah
untuk memelihara kesehatan, melakukan berbagai aktivitas, pertumbuhan,
perkembangan jasmani, dan psikomotorik, serta pemulihan saat sakit. Nutrisi
yang dibutuhkan antara lain air, lemak, protin, karbohidrat, vitamin dan
mineral. Sebagai contoh, bayi yang mnum ASI membutuhkan air sekitar 175-200 ml
per kilogram BB per hari pada triwulan kedua dan seterusnya. Akan tetapi,
kebutuhan tersebut bisa bervariasi pada beberapa anak, tergantung pada
kondisinya. (Indiarti, 2007)
B.
Konsep
Menu Seimbang
Menu seimbang adalah
konsumsi makanan untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan zat gizi. Kekurangan gizi
pada salah satu makanan dengan pemberian menu seimbang dapat dicukupi oleh
makanan lain. Untuk itu pemberian menu seimbang dengan makanan yang beraneka
ragam sangat dibutuhkan dalam memenuhi kecukupan gizi (Almatsier, 2005).
Pedoman umum gizi
seimbang harus diaplikasikan dalam penyajian hidangan yang memenuhi syarat gizi
yang dikenal dengan menu seimbang. Menu seimbang mulai dikembangkan pada tahun
1950 dengan istilah ”Empat Sehat Lima Sempurna” (Sulistyoningsih, 2011). Pola
menu 4 sehat 5 sempurna adalah pola menu seimbang yang bila disusun dengan baik
mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh (Almatsier, dalam http://infokesehatan-healthy.blogspot.com/2012/02/konsep-dasar-menu-seimbang.html).
C.
Syarat Menu yang
Baik
a. Pola Menu Seimbang
Pola menu seimbang diharapkan dapat
memenuhi kebutuhan gizi. Susunan makanan yang dihidangkan dapat memenuhi
kebutuhan gizi sesuai dengan umur, jenis kelamin, dan juga aktivitas yang
dilakukan.
b. Aspek Warna Menu Seimbang
Warna menu seimbang makanan harus menarik
sehingga dapat membangkitkan selera makan, namun penggunaan pewarna bahan tambahan
makanan juga harus memperhatikan keamanannya dan diutamakan menggunakan pewarna
alami.
c. Tekstur dan Konsistensi
Tekstur dan konsistensi makanan yang
dihidangkan disesuaikan dengan kemampuan fisiologis dan juga umur. Bentuk makanan
bayi, lansia dan orang yang mengalami gangguan kesehatan khususnya pencernaan
akan berbeda dengan orang dewasa pada umumnya.
d. Rasa dan Aroma
Aroma masakan yang kuat dikombinasikan
dengan makanan yang tidak tajam baunya.
e. Ukuran dan Bentuk Potongan
Adanya kreasi dalam bentuk potongan dapat
membangkitkan selera makan.
f. Suhu
Pertimbangkan makanan yang harus
dihidangkan panas atau dingin dengan menyesuaikan suhu lingkungan, udara atau
iklim.
g. Popularitas
Hidangan untuk anggota keluarga akan
lebih membangkitkan selera makan ketika sesekali disajikan pula hidangan
tertentu yang sedang popular di masyarakat, yang memang disukai anggota
keluarga.
h. Penyajian Menarik
Bila perlu makanan disajikan dengan
hiasan, selain itu disajikan dalam keadaan yang bersih, terhindar dari
pencemaran yang dapat membahayakan kesehatan.
i.
Tenaga dan Waktu
Jenis hidangan yang akan disajikan
disesuaikan dengan peralatan, kemampuan, tenaga dan waktu yang dimiliki oleh
ibu/keluarga.
D.
Pemberian Gizi
Pemberian gizi
adalah perilaku yang dilakukan ibu dalam memberikan makanan pada anaknya
(Sulistyoningsih, dalam http://infokesehatan-healthy.blogspot.com/2012/02/konsep-dasar-menu-seimbang.html) meliputi:
a.
Tindakan Ibu dalam Pemilihan Makanan
Pemberian gizi dapat terpenuhi dengan
sempurna maka perlu diperhatikan syarat bahan makanan yang akan digunakan
sesuai dengan umur. Makanan tambahan yang baik menurut WHO (2005) adalah
sebagai berikut : Kaya energi, bersih dan aman.
b.
Tindakan Ibu dalam Pengolahan Makanan
Pilihlah cara pengolahan makanan yang
menghasilkan tekstur lunak dengan kandungan air tinggi yaitu direbus, dikukus.
Namun pada usia ini dapat dikenalkan cara kombinasi yaitu dipanggang atau
digoreng asalkan tidak menghasilkan tesktur keras. Beberapa pilihan cara
pengolahan kombinasi yaitu direbus dahulu kemudian panggang (perkedel panggang)
atau dikukus, kemudian goreng (tempe dan tahu bacem).
c.
Tindakan Ibu dalam Pemberian Jadwal Makanan
Sesudah jumlah bahan makanan sehari dan
frekuensi makan diketahui, kemudian bahan makanan tersebut dibagi untuk tiap
kali makan. Selanjutnya bahan makanan tersebut dapat dimasak hidangan dan
tersusunlah menu.
d.
Tindakan Ibu dalam Cara Pemberian Makanan
Cara memberikan makanan tambahan pada
balita adalah sesuai dengan kebutuhan balita dengan menu makanan seimbang. Menu
yaitu susunan hidangan yang terdiri atas satu atau beberapa macam masakan dan
hidangkan pada suatu acara makan, misalnya menu sehari, menu makan pagi, makan
siang, makan malam atau makan selingan.
E.
Pengasuhan Nutrisi
Kebutuhan nutrisi
anak bertahap dan makin variatf komposisi dan jenisnya sejalan dengan tahap
pertumbuhan anak. Pada usia-usia tertentu, sumber makanannya pun tertentu.
Misalnya pada bayi baru lahir, konsumsinya hanya ASI dari ibunya.
Selain oksigen yang
didapat dari bergerak aktif, otak anak yang super aktif membutuhkan diet
seimbang untuk bisa berfungsi dengan optimal. Lebih dari 100 milyar sel saraf
otak aktif membutuhkan gizi cukup untuk dapat mendengar, melihat, merasa,
meraba, mencium, berjalan berbicara, berfikir dengan efisien. Makanan bergizi
juga sangat mempengaruhi kecepatan hantaran saraf. Semakin baik sistem hantaran
saraf, semakin baik pula tubuh berfungsi. Kebutuhan makanan dapat
disederhanakan sebagai berikut: memperbesar porsi buah-buahan dan sayuran
segar, ikan dan diet tinggi potasium (pisang). Kunci dalam pemberian komposisi
diet ideal adalah variasi jenis dan dalam jumlah sedang. (Andyda, 2004)
F.
Susu
Formula yang Aman
Tidak
semua ibu bisa menyusui bayinya sendiri. Hal itu bisa disebabkan oleh kurangnya
produksi air susu atau kaena kesibukan pekerjaan sehingga tidak memungkinkan si
ibu untuk menyusui bayi pada pagi dan siang har. Sebab lain adalah si ibu
terserang penyakit menular yang berbahaya bagi bayi. Dalam hal ini, bayi diberi
makanan buatan atau susu formula yang bisa juga membantu pertumbuhan bayi.
Namun demikian, setiap ibu harus berusaha sekuatnya agar tidak tergesa-gesa
mengambil keputusan untuk mengganti ASI dengan susu buatan.
Semua
kebutuhan nutrisi dalam susu formula terkandung lengkap dalam ASI. Namun,
orangtua kadang-kadang memberikan air susu pengganti ASI dalam bentuk susu
formula dengan berbagai alasan. Tentu saja, kandungan susu formula diharapkan
sama dengan kandungan yang ada pada ASI. Oleh karena itu, semua produk susu
formula berusaha memenuhi kebutuhan nutrisi tersebut. Komposisinya diatur
sedemikian rupa sehingga hampir pas seperti komposisi yang ada pada ASI.
Adapun
cara memilih susu formula, sebagai berikut:
1.
Susu
Kaleng Evaporated
Susu
evaporated adalah susu sapi lengkap segar, yang dinilai gizinya tidak ditambah
maupun dikurangi. Hanya airnya saja yang diuapkan hingga kental. Susu
evaporated sudah bebas dari hama dan bila kalengnya dibuka, susu bisa tahan
sekitar 24 jam atau lebih. Pada umunya, sebagian besar pabrik susu evaporated
menghasilkan kualitas susu yang tidak jauh berbeda. (Oswari dalam Indiarti, 2007)
2.
Susu
Manis dalam Kaleng
Susu itu boleh dipergunakan oleh semua orang,
kecuali bayi. Jadi, susu tidak boleh dipergunakan untuk pembuatan makanan
tambahan bagi bayi. Hal itu menyangkut masalah kandungan protein yang sudah
diencerkan, yang pasti terlalu sedikit, dan juga masalah higiene. Ikatan Dokter
Indonesia telah mengeluarkan larangan untuk tidak menggunakan susu manis dalam
kaleng sebagai makanan bayi dari usia 0 hingga 12 bulan.
3.
Susu
Bubuk
Berbagai
merek susu bubuk telah diperdagangkan. Pada umumnya, semua merek itu baik dan nilai
gizinya hampir sama. Bagi daerah yang terpencil, susu bubuk itu sangat praktis
digunakan. Anda bisa membeli susu bubuk dengan jumlah cukup banyak untuk
persediaan selama beberapa bulan, khususnya untuk daerah yang masih kesulitan
dalam hal perhubungan. Untuk mendapatkan satu liter susu sapi lengkap, ambillah
125 gram bubuk susu. Supaya susu bubuk tahan lama, tutuplah kalengnya dengan
baik setiap kali habis pakai dan simpanlah di tempat yang dingin dan kering
agar bisa tahan lima hingga enam minggu.
4.
Bubur
Susu
Pada
saat ini, bubur susu banyak dibuat oleh pabrik dalam keadaan siap pakai,
artinya bubuk bubur hanya perlu ditambah air hangat saja, tidak perlu dimasak
lagi, dan sudah siap diberikan pada bayi. (Indiarti, 2007)
G.
Makanan
Tambahan dan Pertumbuhan Balita
Awalnya,
bayi yang mengonsumsi ASI mungkin akan mengalami pertumbuhan lebih lambat
dibandingkan bayi yang mengonsumsi susu formula. Akan tetapi, risiko terkena
penyakit ternyara lebih tinggi pada bayi yang mengonsumsi susu formula. Ada sebuah
penelitian yang mengambil sampel remaja usia 13-16 tahun yang mengonsumsi ASI
dan susu formula. Dari penelitian tersebut, diketahui bahwa remaja yang pada
masa bayinya mengonsumsi ASI ternyata memiliki kadar kolesterol yang lebih
rendah daripada yang mengonsumsi susu formula.
Jangan
memberikan makanan yang mengandung gluten
hingga bayi berusia 6 bulan. Pada bayi, zat itu bisa memicu reaksi alergi,
termasuk gangguan gastrointestinal. Makanan
tersebut antara lain: (Indiarti, 2007)
·
Barley (sejenis
gandum untuk bahan baku bir)
·
Bran (dedak
padi)
·
Farina (tepung
gandum halus)
·
Oatmeal (bubur
havermout)
·
Rye (sejenis
gandum untuk bahan baku wiski)
·
Semolina (tepung
gandum kasar)
·
Gandum
Hingga usai 1 tahun, hindari makanan yang bisa
memicu reaksi alergi dan penyakit lain. Di antaranya, makanan tersebut adalah:
·
Putih telur
·
Kacang-kacangan
·
Kerang-kerangan
·
Buah dan jus
sitrus
·
Buah beri
·
Tomat
·
Air susu sapi
Hingga usai 1 tahun, hindari makanan yang sulit
dicerna, antara lain:
·
Mentimun
·
Bawang
·
Kubis/kol
·
Brokoli
·
Kembang kol
Beberapa jenis makanan terus menimbulkan masalah
sekalipun bayi sudah disapih. Hingga usia 4 tahun, hindari makanan yang bisa
menyebabkan anak tersedak. Di antaranya:
·
Kacang-kacangan
·
Buah anggur
·
Biji-bijian
·
Wortel merah
·
Hot dogs
·
Popcorn
·
Kembang gula
yang keras
H.
Jadwal
Makan Balita
ASI Ekslusif merupakan
makanan bayi terbaik yang harus diberikan minimal 4 bulan dan disarankan hingga
6 bulan. Akan tetapi, jika kondisi tidak memungkinkan, berikut jadwal dan
makanan untuk bayi sebagaimana disarankan oleh dokter Oswari:
Hari pertama :
6 x 10 cc susu manis atau susu asam sehari
Hari kedua :
6 x 15 cc makanan buatan (MB) sehari
Hari ketiga : 6 x 20 cc MB sehari
Hari keempat :
6 x 30 cc MB sehari
Hari keenam : 6 x 50 cc MB sehari
Hari ketujuh : 6 x 60 cc MB sehari
Hari ke- 8,9, 10 : masing-masing 6 x 70 cc MB
sehari
Hari ke- 11 dan 12 : masing-masing 6 x 80 cc MB sehari
Hari ke- 13 dan 14 : masing-masing 6 x 90 cc MB sehari
Waktu pemberian makan
ialah setiap tiga jam, misalnya jam 06.00, 09.00, dst. Jika tengah malam bayi
terbangun dan menangis, bayi boleh diberi air teh biasa. (Indiarti, 2007)
1.
Bayi
Normal 0 – 14 Hari
Diberi 6 x 100 cc
hingga 120 cc MB. Jika hendak diberi makanan buatan yang manis, maka
campurannya setengah bagian susu sapi + setengah bagian air + 8% gula dari
jumlah susu yang dipakai. Jika hendak diberi makanan buatan yang asam,
dibutuhkan 6 x 100 cc susu asam.
2.
Usia
14 Hari – 2 Bulan
Pemberian makanan 6 x
100 cc sampai 150 cc MB. Cara membuat MB sama dengan di atas. Di samping itu,
buah-buahan seperti pisang ambon, pepaya, jeruk, tomat, serta dua buah biskuit,
dan vitamin A-D wajib pula diberikan. Waktu makan adalah setiap tiga jam.
3.
Usia
3 – 5 Bulan
Pada usia tersebut
diberikan 5 x 180 MB, buah-buahan + biskuit, dan vitamin A – D. Waktu makan
ialah setiap empat jam. Buah-buahan dan vitamin A-D diberikan.
4.
Usia
Bayi 5 – 6 Bulan
Pada usia 5-6 ini, bayi
diberi 4 x 180 cc MB. 1 x bubur susu, buah-buahan + biskuit.
5.
Usia
6-8 Bulan
Pada usia tersebut
diberikan 2 x 180 cc MB. 1 x bubur susu, 1 x nasi tim, buah-buahan, biskuit,
dan vitamin A-D.
Bubur susu terdiri dari
200 cc susu sapi, tepung 15-20 gram, dan gula 5-10 gram. Nasi tim terdiri dari
beras 1-2 sendok makan, air 250 -300 cc, garam, sayur bayam, wortel, dan hati
ayam/sapi atau tahu.
6.
Usia
8-10 Bulan
Menunya ialah 2 x 180
cc MB, 2 x bubur susu, 1 x nasi tim saring, 1 telur ayam, buah-buahan+biskuit,
vitamin A-D.
7.
Usia
di atas 10-12 Bulan
Jam 06.00 : 150 cc susu lengkap, tanpa pngenceran.
Jam
08.00 : bubur susu, 1 telur ayam,
atau 200 cc susu + gula, roti + mentega dan : biskuit, 1 telur ayam.
Jam 11.00 : buahan + biskuit
Jam
13.00 : nasi tim halus (tidak perlu
disaring), sop berisi hati ayam/sapi, daging,
ikan, 1 telur ayam atau tempe, kaldu yaitu air daging sapi / ayam rebus.
Jam
16.00 : 150 cc susu sapi lengkap
diberi gula sedikit, biskuit.
Jam
18.00 : nasi tim halus + sop + sayur-sayuran
+ hati/daging
I.
Cara
Memberi Makan Anak
(Kesehatan Ibu dan
Anak, 2012)
A.
0-6
Bulan
Hanya berikan ASI atau
ASI ekslutif.
B.
6-8
Bulan
·
Terus berikan
ASI
·
Mulai berikan
makanan pendamping ASI (MP-ASI). Contohnya bubur susu dan bubur tim yang
dilumat.
·
Berikan MP-ASI
secara bertahap sesuai umur.
Cara Pemberian MP-ASI
§ Berikan
ASI dulu, kemudian MP-ASI.
§ Berikan
aneka makanan seperti telur, ayam, ikan, tempe, tahu, daging, wortel, bayam,
santan, kacang hijau, minyak dan buah-buahan.
§ Jika
menggunakan MP-ASI buatan pabrik, baca cara pakainya. Perhatikan tanggal
kadaluarsa.
§ Beri
makanan selingan dua kali sehari. Contohnya bubur kacang hijau, pisang,
biskuit, nagasari, dll.
§ Ajari
anak makan sendiri dengan sendok, ajari juga kinum sendiri dengan gelas,
perhatikan kebersihan makanan.
C.
9-11
Bulan
·
Terus berikan
ASI
·
Berikan MP-ASI
yang lebih padat. Contohnya bubur nasi, nasi tim, dan nasi lembek.
D.
1-2
Tahun
·
Berikan makanan
3-4 x sehari.
·
Bentuk makanan
adalah makanan keluarga, makanan yang dicincang dan dihaluskan jika diperlukan.
·
Terus berikan
ASI.
E.
Umur
2-3 Tahun
·
Lanjutkan beri
makanan orang dewasa.
·
Tambahkan
porsinya menjadi setengah piring.
·
Beri makanan
selingan 2 x sehari.
·
Jangan berikan
makanan manis sebelum waktu makan, sebab bisa mengurangi nafsu makan.
J.
Program
Makanan di Taman Kanak-kanak
Penyelenggaraan
makanan untuk anak di sekolah termasuk dalam penyelenggaraan makan institusi. Ada
yang bersifat non-komersil (orang tua membiayai), semi komersil (keuntungan
hanya sedikit untuk menutupi kebutuhan tertentu), dan sosial (tanpa pungutan
biaya). (Soegeng & Anne, 1995)
Fungsi:
·
Menambah
konsumsi zat gizi anak dalam menu makanan sehari-hari.
·
Mendidik sopan
santun dalam acara makan bersama.
·
Memupuk hdup
kebersamaan.
·
Melatih anak
makan berbagai jenis bahan makanan serta hidangan yang bergizi.
·
Melatih anak
mandiri, dalam hal ini makan sendiri.
·
Melatih anak
menggunakan peralatan makan dengan benar.
Syarat:
·
Mengandung
zat-zat gizi yang dibutuhkan anak.
·
Higienis dan
tidak membahayakan anak.
·
Memenuhi
syarat-syarat makan anak usia tertentu.
·
Porsi makanan
tidak terlalu besar.
·
Tidak berduri
atau bertulang kecil, dll.
Contoh
hidangan:
(makanan
utama)
·
Nasi, sop tahu,
dan sayur
·
Mie/bihun
goreng, bubur ayam
·
Nasi, sayur
asam, dan teri goreng
·
Nasi kuning,
dadar telur, ketimun
·
Nasi, sayur
bening bayam, tempe goreng
·
Kentang goreng,
bola daging, sayur
(makanan
selingan)
·
Bubur kacang
hijau, ketan hitam
·
Singkong, jagung
muda
·
Pudding
·
Kue, singkong
kukus
·
Bolu pelangi
STIMULASI AWAL UNTUK BAYI
A.
Perkembangan
Kognitif dan Motorik
Pertumbuhan
bayi pada tahun-tahun pertama berlangsung sangat pesat. Pada masa ini, perlu
diberikan stimulasi-stimulasi yang merangsang kemampuan si anak. Rangsangan
tersebut diharapkan bisa mendorong kemampuan bahasa, keterampilan, sosial,
ataupun rasa ingin tahu anak. (Indiarti, 2007)
1.
Dimensi
Kecerdasan Motorik
Motorik
halus dan motorik kasar, keduanya diperlukan agar anak bisa berkembang secara
optimal. Bedanya, perkembangan motorik kasar sangat tergantung pada kematangan
anak.
Sementara
itu, motorik halus bisa dilatih. Anak-anak yang perkembangan motorik halusnya
kurang biasanya disebabkan oleh kurangnya stimulasi dari lingkungan. Latihan
menulis, meronce, meremas-remas lilin, bisa dilakukan untuk mengembangkan
mtorik halus. Intinya, aspek motorik berkaitan dengan perkembangan pengendalian
gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinir antara susunan saraf, otot,
otak, dan spinal cord.
Motorik Kasar
·
Jalan
Orang tua berdiri dan
berjarak dengan anak sambil memegang mainan yang menarik. Gunakan karpet
bergambar atau tempelkan gambar-gambar yang menarik di lantai. Mintalah anak
untuk menginjak karpet/lantai.
·
Lari
Stimulasi fase lari ini
bisa dimulai ketika anak berada pada fase jalan, yaitu sekitar usia 12 bulan ke
atas. Aktivitasnya bisa berupa menendang bola, main sepeda, serta naik turun
tangga.
·
Lompat
Lompat di tempat atau trampoline (kain tanah yang direntangkan
di atas tanah untuk menampung jatuhnya akrobat-akrobat). Jangan melompat-lompat
di tempat tidur karena mengacaukan kognitif, dalam arti, mengajarkan perilak
yang tidak baik kepada anak, karena tempat tidur bukan tempat untuk melompat
atau bermain.
·
Lempar
Main dartboard atau lempar panah. Gunakan jenis
panah yang khusus untuk anak-anak (yang aman dan tidak tajam), seperti jenis
panah yang terbuat dari papan velcro dan anak panahnya diganti dengan bola yang ber-velcro. (Maimunah, 2009)
2.
Dimensi
Kecerdasan Kognitif
Perkembangan
kognitif adalah perkembangan proses berfikir seorang anak. Indikasi dari adanya
perkembangan proses berfikir adalah kemampuan menerima, mengolah dan memahami
informasi yang diterima. Misalnya, respon anak jika diajak bermain cilukba,
dipanggil, dicubit, dicium sayang, dan sebagainya. Kecepatan anak dalam
merespons rangsangan tersebut menunjukkan inteligensinya.
Aspek
intelegensi nantinya akan berkaitan dengan kemampuan memecahkan masalah serta
mampu berfikir logis. Intinya adalah kemampuan anak dalam mengembangkan
kemampuan berfikir. Kemampuan itu berkaitan dengan bahasa dan bisa dilatih
sejak anak mulai memahami kata.
3.
Dimensi
Kecerdasan Emosi
Perkembangan
kecerdasan emosi sangat penting untuk dipantau. Orang tua yang memberikan
kehangatan kepada anak bisa dilihat dari si anak yang tampak merasa bahagia,
murah senyum, ceria, suka bermain dan bergaul dengan kawan-kawan sebayanya,
tidak mudah marah, mudah diarahkan, dan sebagainya. Sebaliknya, anak yang
kurang kehangatan akan cepat marah, wajahnya kaku dan suntuk, susah tersenyum,
dan seringkali tersisih dari teman-temannya.
B.
Stimulasi
Indera Peraba dan Pengecap
Secara tidak sadar,
orang tua sudah melakukan beberapa stimulasi indera sentuhan dari hari ke hari.
Hanya saja, upayanya mungkin kurang maksimal. Untuk itu, berikut beberapa cara
yang dapat dilakukan:
·
Berjalan
tanpa alas. Jika sudah agak besar, bayi bisa diajak
berjalan-jalan tanpa alas kaki sehingga ia mampu merasakan perbedaan kala
menyentuh lantai, karpet, atau rumput. Nah, apa yang kita sampaikan kepada sensori
peraba bayi akan terekam di dalam otaknya dan membantunya menghubungkan
jaringan sel-sel saraf yang ada di dalamnya. Akhirnya, sekitar usia 2 tahun, ia
mulai bisa menyebutkan bahwa batu itu keras, sutera itu lembut.
·
Menyusu
Asi.
Menyusu merupakan salah satu cara untuk merangsang indera pengecap bayi.
Beberapa pakar mengatakan bahwa bayi yang menyusu ASI lebih jarang mengisap
jari, ketimbang yang menyusu dari botol. Waktu menyusu yang ideal adalah
sekitar 30 – 40 menit. Di atas 20 menit susu ibu sebenarnya sudah kosong,
tetapi bayi tetap mengisap puting ibunya demi memenuhi kebutuhan mengisapnya.
·
Ranjang
Lembut Aman Nyaman. Pada umumnya, waktu bayi banyak
dihabiskan di atas ranjang. Nah, untuk menstimulasi indera peraba, lapisi
ranjang dengan alas tempat tidur yang lembut dan hangat sehingga ia merasa
nyaman.
·
Manfaatkan
Berbagai Bahan. Bayi perlu mengenal konsep kasar-halus
atau keras-lunak. Untuk itu, kita bisa mengenalkan kepadanya berbagai tekstur
bahan, seperti sutera, satin, velvet, kulit, handuk, dan sebagainya. Bisa juga
memanfaatkan kegiatan sehari-hari. Mandi, sebagai contoh, memungkinkan bayi
untuk mengetahui sifat sabun yang licin.
·
Berbagai
Macam Rasa Makanan. Selepas usia 6 bulan, mulailah bayi
diperkenalkan kepada berbagai macam rasa makanan agar saat besar nanti, indera
pengecapnya terbiasa dengan rasanya. Ia pun akan tumbuh menjadi anak yang tidak
pilih-pilih makanan.
·
Pijat
bayi. Pijatan bisa memberikan efek refleks pada bayi.
Penelitian membuktikan bahwa bayi prematur yang sering dipijat akan tumbuh
lebih baik, lebih cepat, lebih tenang, serta lebih jarang menangis ketimbang
bayi-bayi prematur yang tidak dipijat. Akan lebih baik lagi bila ibu mengikuti
berbagai kursus pijat bayi yang banyak diselenggarakan untuk mengetahui teknik
pijatan yang tepat. Jika bayi dipijat tanpa mengenakan pakaian, pilih ruangan
yang cukup hangat.
C.
Stimulasi
Multiple Intelligence
1.
Daya
Cerna dan Daya Ingat
Masa
satu tahun pertama kehidupan bayi merupakan masa yang sangat menentukan. Pada
tahun-tahun pertama otak bayi bekerja secara maksimal. Otak si kecil mulai
belajar untuk menangkap suatu kejadian tertentu, menyimpan, dan mengingatnya
kembali. Si kecil sebenarnya sudah mampu mengingat beberapa pengalaman di dalam
rahim. Misalnya, ia masih ingat seperti apa suara ibunya sehingga ia lebih
mudah mengenali sang ibu pada saat dilahirkan.
Bekerjanya
daya ingat si kecil sangat membantu perkembangannya. Ia akan mulai belajar agar
menjadi lebih baik dengan menggali kembali ingatan tentang kejadian-kejadian
yang dialaminya beberapa saat sebelumnya. Selain itu, si kecil juga akan lebih
mudah berinteraksi dengan orang lain karena adanya daya ingat tersebut. Daya
ingat si kecil yang sangat kuat adalah daya ingat jangka pendek. Pada usianya
yang masih di bawah satu tahun, daya ingat si kecil masih belum bisa bertahan
lama. Ia hanya mampu mengingat dalam selang waktu satu menit. Jika lebih dari
itu, ia akan merasa seolah-olah belum pernah mengalaminya. Sementara itu, daya
ingat jangka panjangnya belum bekerja dengan baik.
2.
Indera
Peraba dan Pengecap
Stimulasi
indera peraba dan pengecap akan mengoptimalkan perkembangan otak, selain
stimulasi indera pendengaran dan penglihatan. Stimulasi diperlukan dalam perkembangan
otak yang akan menentukan kecerdasan. Apalagi bila dikaitkan dengan the golden age atau masa pesat
perkembangan otak di usia 0-3 tahun. Sesudah itu, perkembangan otak manusia
pun akan melambat. Jadi, manfaatkan masa
tersebut dengan sabaik-baiknya. Kecepatan perkembangan otak dalam periode itu
ditandai dengan pertambahan berat otak dari 400 gr pada waktu dilahirkan
menajdi hampir 3 kali lipatnya setelah akhir tahun ketiga. Sekedar untuk
diketahui, pada awal usianya fungsi kedua belahan otak masih sama.
3.
Blood
Brain Barrier
Jenis
lemak tak jenuh, baik jenis yang majemuk maupun jenis yang tunggal, diperlukan
dalam menu harian, termasuk dalam susu bayi. DHA adalah salah satu zat gizi
yang tergolong dalam lemak tak jenuh majemuk. Rata-rata air susu ibu mencukupi
kandungan DHA-nya. Ibu memperoleh asam lemak tak jenuh majemuk dalam minyak
ikan. Kandungannya lebih banyak dari ikan yang berasal dari laut dalam, yang
disebut omega 3. Bukan hanya bayi, orang dewasa pun membutuhkan omega 3 untuk
kesehatan darah maupun pembuluhnya.
Menurut
Hendrawan dalam Indiarti (2007), keunggulan DHA terdapat dalam omega 3 yang
diperlukan oleh jaringan retina dan otak bayi untuk bertumbuh dan bisa
berfungsi dengan baik. Untuk menajamkan penglihatan pada lapisan layar mata,
DHA sungguh berperan besar. Demikian juga alasan mengapa DHA banyak diserap
oleh jaringan otak. Oleh karena itu, penting untuk memperhatikan kecukupan asupan
omega 3 kepada anak, khususnya DHA. Pemberian ASI tidaklah bermasalah. Namun,
beberapa hal perlu diperhatikan saat harus memilih susu sebagai pengganti ASI.
Pilihlah susu formula yang sudah
mengandung DHA agar otak anak bisa tumbuh secara optimal seperti yang terjadi
pada otak anak yang mendapatkan ASI. (Indiarti, 2007)
D.
Stimulasi
Dari Sang Ayah
Hasil
riset para psikolog menyatakan bahwa peran ayah sangat penting dalam
pertumbuhan seorang anak. Ikatan emosional ayah dan anak ditentukan salah
satunya oleh interaksi antara ayah dan anak itu sendiri. Interaksi yang baik
antara ayah dan anak dikatakan sangat mempengaruhi kecerdasan emosional anak
yang membuatnya tumbuh menjadi sosok dewasa yang berhasil.
Berikut
kiat-kiat bagi ayah agar tetap dekat dengan si kecil: (Indiarti, 2007)
·
Sering membelai
pertu istri ketika hamil.
·
Aktif merawat
bayi.
·
Bermain bersama.
·
Terlibat dalam
pergaulan anak.
·
Menjadi
pendengar yang baik.
·
Komunikasi yang
baik.
·
Berikan pilihan
dan kepercayaan.
·
Penuhilah sesuai
kebutuhannya.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Bayi yang baru lahir
hanya mememrlukan ASI atau susu formula selama enam bulan pertama kehidupan. ASI
adalah pilihan terbaik untuk bayi, karena menyediakan anti bodi dan nutrisi
lengkap, bersama dengan lapisan usus untuk memungkinkan bayi untuk benar lulus
tinja. Jika ibu tidak dapat atau memeilih untuk tidak menyusui, pilihan terbaik
berikutnya adalah formula yang dekat dengan dengan ASI. Selama enam bulan
pertama ASI atau susu formula semua yang diperlukan.
Lebih dari 100
milyar sel saraf otak aktif membutuhkan gizi cukup untuk dapat mendengar,
melihat, merasa, meraba, mencium, berjalan berbicara, berfikir dengan efisien.
Makanan bergizi juga sangat mempengaruhi kecepatan hantaran saraf. Semakin baik
sistem hantaran saraf, semakin baik pula tubuh berfungsi. Kebutuhan makanan
dapat disederhanakan sebagai berikut: memperbesar porsi buah-buahan dan sayuran
segar, ikan dan diet tinggi potasium (pisang). Kunci dalam pemberian komposisi
diet ideal adalah variasi jenis dan dalam jumlah sedang.
B.
Saran
Dalam usia ini bayi
mampu berkomunikasi meski dalam bentuk sangat sederhana. Berkat pemenuhan zat
gizi yang diperolehnya dari ASI sejalan dengan peningkatan proses tumbuh
kembang yang sedang dijalani, kini ASI saja tidak cukup untuk memenuhi zat gizi
yang dibutuhkan oleh tubuhnya, maka mulai usia ini perlu diperkenalkan beberapa
jenis makanan padat yang disebut Makanan Pendamping ASI (MP-ASI).
Selain itu, orang tua dan guru harus benar-benar paham
tentang gizi dan stimulasi yang diperlukan bayi, agar baik fisik maupun
psikisnya dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.
Daftar Pustaka
Indiarti. 2007. A
To Z Golden Age. Andi: Yogyakarta
Soegeng dan Anne. 1995.
Kesehatan dan Gizi. Rineka Cipta: Jakarta
Hasan, Maimunah. 2009. Pendidikan Anak Usia Dini. Diva Press:
Yogyakarta.
Meliala, Andyda. 2004. Anak Ajaib. Andi: Yogyakarta.
Kemenkes RI. 2012. Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Kemenkes
RI: Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar